ARIS JAINURI, dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana di Sungai Raya, Aceh Timur pada tanggal 11 Oktober 1987. Anak kelima dari tujuh bersaudara ini sejak lahir dibesarkan di lingkungan pedesaan. Aris kecil pernah mengenyam pendidikan di SD Negeri 1 Sungai Raya. Tidak seperti anak kecil lainnya di desa Krueng Lingka, sejak kecil dia sudah diberi tanggung jawab memelihara ternak sapi dan kambing milik keluarga. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan. Selepas pulang sekolah Aris kecil memang tidak betah di rumah dan lebih suka menghabiskan waktu di pingir sawah dan sungai. Si anak gembala melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungai Raya (waktu itu masih SMP Negeri 2 Rantau Selamat) selama 1 tahun.
Kisah indah masa kecil itu seketika berubah ketika konflik Aceh mulai memanas di desa itu. Kontak senjata dan penculikan memaksa Aris dan keluarga pindah ke kampung halaman orang tuanya, Idi Rayeuk. Sebenarnya konflik lebih hebat di sana yang menjadi tempat tinggal baru. Walaupun sempat putus sekolah (hanya 2 Minggu), namun dia berhasil menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Idi Rayeuk.
Aris Remaja kemudian tercatat sebagai salah seorang siswa di SMA Negeri 1 Idi Rayeuk. pada tahun kedua di sekolah ini dia terpilih sebagai ketua umum OSIS SMA Negeri 1 Idi Rayek. ia juga berhasil lulus dengan prestasi yang memuaskan.
Setelah tamat SMA, konflik bersenjata pun berakhir, Aris yang mulai beranjak dewasa kembali ke desa kelahiran. Pembalap ini (Pemuda berbadan gelap) kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Samudra Langsa. Tidak sedikitpun terbesit di pikirannya ingin menjadi seorang Guru, namun ia justru memilih Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Ya, sekali lagi dia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik, diapun menjadi Guru.
Guru muda itu pernah mengajar di MAN Peureulak sejak tahun 2010. Pada Tahun 2012 dia pindah menjadi Guru di SMP Negeri 1 Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur melalui program SM-3T. Di sini dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Teman-teman dalam program SM-3T asal Unsyiah mempercayainya sebagai koordinator kabupaten.
Kini Pemuda dengan tinggi 170 cm ini sedang menjalani Pendidikan Profesi Guru (PPG) SM-3T di Universitas Syiah Kuala. Di sana dia mulai menyadari hidup itu tidak selamanya indah, ujian adalah sebuah tantangan, doa dan kerja keras adalah jalan menuju kesuksesan. Mari keluar dari zona nyaman. coba sesuatu yang baru agar kita tau.
1 komentar:
good job :)
EmoticonEmoticon