Kisah Cinta diatas Meja Pimpong.
www.facebook.com/aris.jainuri.9 |
Seketika itu suasana berubah, jika pada hari-hari biasanya para pria-pria kesepian itu mengisi waktu luang di sore hari dengan memandangi kotak persegi yang menayangkan berbagai macam sinetron dan drama korea, pada hari meja pimpong itu tiba mereka semua berubah menjadi atlit-atlit dengan berbagai macam karakter. Semua bergembira pada waktu itu, ada kesibukan baru yang akan menggantikan kebengongan mereka.
Beberapa Atlit dadakan yang memang sudah jago bermain pimpong menunjukkan kebolehannya di depan lawan dan penonton. Namun ada juga yang hanya jago memungut bola dari lantai. Luar biasa memang, riuh sorak penonton yang mayoritas mahasiswa PPG itu terdengar sampai lantai 3 asrama itu. Setelah hari itu, mereka seakan menemukan cinta nya kembali, cinta yang telah lama hilang. Hari-hari itu terus berlanjut, meja pimping itu menjadi saksi besarnya cinta pak guru terhadapnya. Berbagai cerita seru, unik, menegangkan terjadi di meja itu. Mulai dari pemain yang 2 kali memukul meja dengan Bad karena tidak mengenai bola, sampai yang kena smash di muka. Pesona cinta meja itulah yang membuat suana berbeda. Tiada marah dan lelah, semua larut dalam irama ayunan tangan memukul dan menahan bola.
Namun, ternyata mereka bukan guru-guru yang setia. Hari demi hari selanjutnya ritme percintaan di mereka mulai menurun. Tidak tahu kenapa, apakah karena kesibukan PPL di sekolah-sekolah ? ataukah mereka memang bukan pria setia?, yang jelas meja itu ditinggal begitu saja. Meja itu hanya disinggahi oleh mereka yang numpang menitip sepatu dan tas mengajar. Semua berubah, meja biru itu kini kesepian, tiada yang melampaikan tangan menggenggam bad, tiada yang menyapa dengan teriakan “smash” lagi. Meja itu kini ditinggal di sudut ruang gelap. Calon guru-guru profesional lebih memilih berselingkuh untuk mengisi waktu luang di sore hari dengan bermain bola kaki di stadion harapan dekan.
......
Ternyata, perceraian antara meja pimpong itu dengan pak guru tidak berlangsung lama. Meja itu mulai berbenah diri. Ia tidak lagi melayani pria-pria yang bertandang dengan keringat di tubuh, tapi kini sang meja selalu berhadapan dengan guru yang melek teknologi. Meja persegi panjang itu kini bermetamorfosis menjadi bagian dari pecinta dunia maya. Dia menjadi pendengar setia bagi para pria-pria galau tentang masa depannya. 20 jam dalam sehari Ia menjadi salah satu tempat berkeluh kesah para pencari kerja. Dimulai pada pukul 8 pagi saat para guru yang “na eh malam” mengelus-ngelus punggung si meja dengan mouse yang terhubung ke laptop, sampai pukul 3 dini hari ketika para guru yang “hana eh malam” yang juga melakukan hal yang sama sambil mendengarkan musik.
Meja yang kesepian itu kini selalu ramai. Slogan ‘kerja-kerja-kerja’ menjadi pasword baru ketika para guru mulai mendekati meja pimpong itu. mereka yang ingin punya masa depan lebih baik duduk berjejer dengan mesra mengelilingi meja. “hai pu na job fair malamnyoe” kata salah seorang pemerhati ekonomi masa depan, “na bak BCA, kabuka bak situs Job***” sahut salah seorang pakar IT yang ‘hana eh malam’. “pu-pu mantong na di lake syarat?” Pemerhati ekonomi kembali bertanya. “ Surat Lamaran, KTP, CV, Ijazah ngon SIM C” jawab si pakar IT. “Keupu SIM C bak Bank?” tanya pemerhati ekonomi lagi, “ keu petugas rawon tungge utang”.
Ya begitulah hari-hari berlalu. Tapi kisah cinta di meja pimpong itu tidak akan bertahan lama. bukan karena mereka tidak setia. Tapi karena janji yang harus mereka tepati. Janji pada orang tua, keluarga, kerabat dan tetangga yang mereka tinggalkan setahun yang lalu. Mereka pernah memohon do’a restu dari orang-orang yang mereka sayangi untuk pergi menuntut ilmu, mereka berjanji akan pulang kembali dengan sertifikat pendidik, mereka berjanji pulang dengan predikat guru profesional. Ya, mereka harus pulang dengan gelar ‘GR’ dibelakang nama mereka.
Diatas meja Pimpong, 26 Januari 2015. Pukul 0.38 wib.
RPP BAHASA INGGRIS SMA/MA/SMK KELAS XI
Langganan:
Postingan (Atom)